Senin, 13 Juni 2016

Analisis Nilai-Nilai Budaya Yang Terdapat Dalam Novel Raksasa Dari Jogja Karya Dwitasari Dengan Menggunakan Tinjauan Semiotik






Analisis Nilai-Nilai Budaya Yang Terdapat Dalam Novel Raksasa Dari Jogja Karya Dwitasari Dengan Menggunakan Tinjauan Semiotik


Disusun untuk memenuhi sebagian tugas Mata Kuliah Kapita Selekta yang diampu oleh Khusnul Khotimah, M.P.d


Disusun oleh :
Widya Arum Utami    (1513500117)
Semester 6B






PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA DAN DAERAH
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PANCASAKTI TEGAL
2016




BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Karya sastra merupakan hasil dari pemikiran, khayalan, imajinasi dari seseorang yang dituangkan ke dalam suatu wadah dengan menggunakan bahasa sebagai medianya. Jabrohim (2001;72), menyatakan bahwa sastra (karya sastra) merupakan karya seni yang mempergunakan bahasa sebagai mediumnya. Dengan memanfaatkan suatu bahasa biasanya pengarang menuangkan segala luapan perasaan yang menceritakan tentang kehidupan yang telah pengarang lihat, alami, dan rasakan ke dalam suatu karya sastra. Tidak hanya kisah-kisah fakta yang pengarang tulis, namun karya sastra juga merupakan hasil dari imajinasi seseorang sehingga sifat dari karya sastra itu fiksi. Dalam sebuah karya fiksi, sastra memberikan berbagai warna yang dituangkan dalam permasalahan-permasalahan kemanusiaan dalam kehidupan sehingga kesan yang ditonjolkan itu bisa dirasakan oleh para pembaca.
Novel merupakan salah satu dari karya sastra yang sering digunmakan sebagai sarana pembelajaran dalam kehidupan sehari-hari, karena di dalam novel terdapat nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Nilai-nilai yang terkandung dalam novel bermacam-macam, mulai dari nilai agama, nilai sosial, nilai pendidikan, nilai moral, nilai budaya, dan lain-lain. Dari nilai-nilai yang terkandung dalam novel tersebut, pembaca dapat belajar memahami tentang arti kehidupan dalam masyarakat.
Nilai budaya merupakan salah satu nilai yang sering dijumpai dalam suatu karya sastra khususnya novel. Ratna (2009:329), menyatakan bahwa karya sastra mengandung aspek-aspek kultural, bukan individual. Dari sebuah novel kita dapat mengetahui nilai-nilai budaya yang ada dalam masyarakat tertentu, baik budaya yang bersifat positif maupun budaya yang bersifat negatif.
Atas dasar latar belakang masalah tersebut, peneliti mengangkat tema penelitian “Analisis Nilai-Nilai Budaya Yang Terdapat Dalam Novel Raksasa Dari Jogja Karya Dwitasari Dengan Menggunakan Tinjauan Semiotik

B.    Rumusan Masalah
Agar permasalahan yang akan dibahas menjadi terarah dan menuju tujuan yang diinginkan diperlukan adanya perumusan masalah. Adapun permasalahan penelitian ini adalah sebagai berikut.
1.      Bagaimana struktur novel Raksasa Dari Jogja Karya Dwitasari ?
2.       Apa sajakah nilai-nilai budaya yang terdapat dalam novel Raksasa Dari Jogja Karya Dwitasari dengan menggunakan tinjauan semiotik ?
C.    Tujuan Penelitian
Agar penelitian ini lebih terarah dan tidak menyimpang dari bahasan    utamanya, dirumuskan tujuan dari penelitian ini sebagai berikut.
1.      Memaparkan struktur  novel Raksasa Dari Jogja Karya Dwitasari.
2.      Memaparkan nilai-nilai budaya yang terdapat dalam  novel Raksasa Dari Jogja Karya Dwitasari  dengan menggunakan tinjauan semiotik.
D.    Manfaat Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti ingin memberikan manfaat secara teoritis dan secara praktis. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
1.      Manfaat Teoritis
                       Memberikan sumbangan terhadap ilmu bahasa, khususnya dalam bidang kesusastraan yang mengarah pada pembinaan aspek nilai budaya yang terkandung dalam karya sastra.


2.      Manfaat Praktis
                       Manfaat praktis berkaitan dengan apa yang dilakukan peneliti agar nilai-nilai yang terkandung dalam suatu karya sastra mudah dipahami oleh pembaca.
a. Bagi penulis, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan latihan dalam menganalisis sebuah karya sastra untuk menuju hasil yang lebih baik.
b. Bagi pembaca, hasil penelitian ini sebagai informasi  tentang nilai-nilai budaya yang terkandung dalam  novel Raksasa Dari Jogja Karya Dwitasari sehingga pembaca dapat menerapkan nilai-nilai tersebut.



BAB II
LANDASAN TEORI

Teori semiotik merupakan ilmu tentang tanda. Fungsi dari semiotik ini salah satunya untuk mengetahui arti atau makna dalam sebuah karya dengan menganalisis tanda-tanda yang terkandung dalam karya sastra tersebut. Secara dafinitif, menurut Paul Cobley dan Litza Jans (dalam Suminto, 2000:1) menjelaskan bahwa semiotika berasal dari kata seme, bahasa Yunani yang berarti “penafsir tanda”. Sementara literatur lain menyebutkan bahwa semiotik berasal dari kata semion yang berarti “tanda”. Dalam pengertian yang luas semiotik berarti studi sistematis mengenai produksi dan interpretasi tanda, bagaimana kerjanya, dan apa manfaatnya terhadap kehidupan manusia.
Nilai memiliki berbagai macam arti dan merupakan cara yang digunakan dalam mengukur sesuatu. Dalam KBBI nilai memiliki arti (1) harga(taksiran harga), (2) harga uang (dibandingkan dengan harga lainnya), (3) angka kepandaian; biji; ponten, (4) banyak sedikitnya isi; kadar; mutu, (5) sifat-sifat (hal-hal) yang penting atau berguna bagi kemanusiaan, (6) sesuatu yang menyempurnakan manusia sesuai dengan hakikatnya.
Budaya lahir dari kebiasaan yang telah disepakati dalam siatu golongan atau kelompok dan bersifat abstrak. Koentjaraningrat (1985:9) menyatakan bahwa budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta, yaitu buddhayah, ialah bentuk jamak dari buddhi yang berarti “budi” atau “akal”.
Koentjaraningrat (1985:1-2) menyatakan bahwa kebudayaan sebagai keseluruhan hidup manusia yang kompleks, meliputi hukum, seni, moral, adat-istiadat, dan segala kecakapan lain yang diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat.
Sebagai insan yang tidak bisa hidup sendiri, manusia selalu dihadapkan dengan nilai-nilai yang tyertanam   dalam masyarakat. Nilai-nilai itu bersifat abstrak namun mengikat. Koentjaraningrat menjelaskan bahwa nilai budaya merupakan tingkat yang paling abstrak dari adat. Suatu sistem nilai budaya terdiri atas konsepsi-konsepsi, yang hidup dalam alam pikiran sebagian warga masyarakat, mengenai hal-hal yang harus mereka anggap amat bernilai dalam hidup. Karena itu, sistem nilai budaya biasanya berfungsi sebagai pedoman tertinggi bagi kekuatan manusia. Sistem-sistem tata kelakuan manusia yang lain yang tingkatnya lebih konkret, seperti aturan-aturan khusus, hukum, dan norma-norma, semuanya juga berpedoman kepada sistem nilai budaya.
                        Novel adalah suatu bentuk karya sastra yang berbentuk prosa yang mempunyai unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik. Atau definisi novel adalah novel yaitu suatu bentuk dari sebuah karya sastra, novel merupakan kisah atau cerita fiksi dalam bentuk tulisan/kata-kata dan memiliki unsur instrinsik dan juga unsur ekstrinsik. Sebuah novel biasanya mengisahkan/menceritakan tentang kehidupan manusia dalam berinteraksi dengan lingkungan dan juga sesamanya. Di dalam sebuah novel, biasanya si pengarang berusaha semaksimal mungkin untuk mengarahkan si pembaca kepada berbagai macam gambaran realita kehidupan melalui cerita yang terkandung di dalam novel tersebut.
                        Dwitasari, anak keda dari tiga bersaudara ini mulai senang menulis sejak duduk di bangku SD. Ia berkuliah mengambil FBI di UI, perguruan tinggi negeri di daerah Depok, Jawa Barat. Hobinya membaca dan menulis berbagai hal yang dirasakan hatinya. Baginya, menulis adalah salah satu bentuk tindakan nyata, ketika tak lagi ada orang yang menyediakan telinga untuk mendengar ucapan bibirnya, Raksasa dari Jogja adalah novel pertamanya.


BAB III
PEMBAHASAN

1.      Struktural Novel
Identitas Novel      :
1.      Judul                       : Raksasa Dari Jogja
2.      Pengarang               : Dwitasari
3.      Tahun Terbit          : Oktober, 2012
4.      Penerbit                   : PlotPoint (PT Bentang Pusaka)
5.      Tebal Halaman       : 271 Halaman
6.      Harga                      : Rp.47.000,00
7.      Kategori                  : Novel Remaja (fiksi)
8.      ISBN                        : 978-602-9481-23-5

Sinopsis ( ringkasan cerita ) :
“Cinta tak pernah sederhana bagi seseorang yang telah disakiti, dilukai, dan dikhianati berkali-kali.”
Indah rasanya bila di suatu tempat pada akhirnya kita menemukan sesosok belahan jiwa. Inilah yang di ceritakan oleh Dwitasari kepada pembaca Raksasa dari Jogja. Buku setebal 271 halaman ini menceritakan tentang seorang gadis bernama Bianca Dominique. Ia digambarkan sebagai sosok pencari makna cinta. Ketika pertengkaran demi pertengkaran terjadi di antara mama dan papa Bianca. Pertengkaran, yang menimbulkan bantingan piring dan barang pecah belah lainnya. Bebunyian itu begitu sering terdengar oleh telinga Bianca, wanita yang mencoba bertahan meskipun terluka perlahan. Ia masih bertahan, bahkan ketika wajah ibunya lebam oleh pukulan ayahnya. Bianca masih bertahan, bahkan saat pelipis ibunya mengeluarkan darah segar karena tinju dari ayahnya. Rasanya menyakitkan saat kau harus tetap beranggapan bahwa keluargamu baik-baik saja, namun yang sebenarnya terjadi adalah Bianca menyembunyikan perasaannya. Akibat pertengkaran itu ia jadi tidak percaya tentang cinta. Namun dalam ketidakpercayaannya, ia diam - diam mencari jawabannya. Dalam tangis dan luka hatinya ia berjuang. Ia pernah sekali jatuh cinta kepada cowok bernama Joshua teman semasa SMA nya dulu, sampai sekarang pun ia masih sangat menyukainya. Namun takdir berkata lain walaupun Bianca sangat menyukai Joshua tetapi cowok itu direbut oleh sahabat terbaiknya, Letisha. Letisha menjalin hubungan kasih bersama Joshua. Ya, Joshua, pria yang beberapa tahun terakhir terselip dalam hafalan doa Bianca. Joshua, cinta pertamanya yang ia biarkan kandas di tengah jalan, karena sahabatnya sendiri.
Pengkhianatan terjadi berkali-kali. Dia tersakiti oleh perlakuan ayahnya terhadap ibunya, ia juga tersakiti oleh perlakuan sahabatnya sendiri. Pernikahan katanya terjadi karena cinta, persahabatan terjadi juga karena kasih dan cinta. Tapi, pernikahan yang harusnya sakral, persahabatan yang harusnya kekal; malah menjadi sebab Bianca benar-benar terluka. Cinta. Cinta. CINTA! Dalam pengkhianatan berkali-kali, Bianca berfikir pantaskah ia terus mempercayai cinta?
Ia mencoba meraba-raba hatinya sendiri, merangkak perlahan, berjalan dari keterpurukannya selama ini. Hingga akhirnya Bianca memutuskan kuliah di Jogjakarta, meninggalkan Letisha dan Joshua dan meninggalkan mama dan papanya. Ada rasa sedih yang menguat di hati Bianca karena meninggalkan mamamnya sendiri, ia takut mamanya akan di pukul oleh papanya lagi. Namun akhirnya ia berangkat ke Jogjakarta setelah diyakinkan oleh mamanya bahwa dirinya akan baik-baik saja di Jakarta.
Daerah istimewa yang terkenal menyimpan kenangan manis bagi banyak orang. Tempat yang selalu membawa seseorang kembali, selalu kembali, tak lupa untuk kembali. Di sana Bianca tinggal bersama sepupunya bernama Kevin dan Bude Sumiyati ibu dari Kevin , beliau sangat baik hati dan sangat menyayangi Bianca seperti anaknya sendiri, ia sangat senang jika Bianca akan tinggal di Jogjakarta bersamanya dan Kevin. Bianca kuliah di Universitas Wiyata Mandala. Di Jogjakarta juga ia bertemu dengan Gabriel. Seorang pria berpostur tinggi besar, yang mengindap penyakit gigantisme. Awalnya ia tidak tertarik pada pria itu karena postur tubuhnya yang aneh dan tidak sepadan dengan tinggi badanya yang kecil. Namun selalu saja ada peristiwa yang terjadi karena ketidaksengajaan dan membuatnya bertemu dengannya lagi. Mulai dari satu universitas karena Gabriel ada seniornya lalu bertemu di halte busway saat Gabriel berusaha melindungi Bianca terjatuh saat terjadi penumpukan penumpang dan saat Bianca bertemu dengannya di Pasar Beringharjo , di pasar itu Bianca mulai menyadari ada sesuatu yang aneh dalam hatinya saat ia mulai merasa ingin memperhatikannya dan selalu menatap wajahnya yang dirasa Bianca cukup manis itu. Namun Bianca tak percaya cinta, sungguh ia tak lagi punya alasan untuk percaya cinta. Tapi, Gabriel membuka mata Bianca dengan cara yang berbeda. Bianca terdiam, haruskah ia menerima kehadiran Gabriel sebagai “malaikat” pembawa kabar baik dalam hidupnya? Apakah Gabriel adalah “malaikat” yang ditakdirkan Tuhan untuk menarik Bianca dari goa kegelapan menuju cahaya matahari?
Hari terus berlalu semakin lama ia semakin dekat dengan cowok yang bernama Gabriel, ia percaya bahwa Gabriel akan mengubah hidupnya menjadi lebih berwarna. Awalnya Kevin sepupu Bianca tidak setuju Bianca dengan Gabriel namun dengan seiring waktu Kevin percaya bahwa Gabriel memang malaikat bagi Bianca yang mampu membuatnya tersenyum kembali dari semua masalah yang dihadapinya.  Pertemuan yang selalu terjadi secara tidak sengaja, secara perlahan dan harus melewati banyak konflik itu akhirnya membuat Gabriel mempercayakan Bianca sebagai tulang rusuk yang sengaja diciptakan Tuhan untuknya. Bianca menemukan Gabriel, begitu pun Gabriel menemukan Bianca.
Dua manusia bersatu untuk menyimpan cinta. Seorang aku dan seorang kamu telah menjadi kita. Meredam egoisme, menyatukan idealisme. Melupakan perbedaan, mengakhiri beban. (hlm.268)
Dan pada akhirnya mama dan papa Bianca bercerai dari semua masalah dan beban yang diterima oleh mama Bianca membuatnya lelah dan mengakhiri semuanya. Letisha pun meminta maaf pada Bianca karena telah merebut Joshua dan ia menyesal , Bianca pun telah memaafkannya dan membuat letisha dan Joshua kembali menjalin kasih dengan segala keikhlasan hatinya. Bianca pun hidup bahagia bersama mama , Kevin , Gabriel, dan Bude Sumiyati di kota kesayangannya Jogjakarta.
Unsur intrinsik novel :
1.      Tema : Antara Cinta, Kasih Sayang dan Persahabatan
2.      Tokoh dan Penokohan :
a.      Bianca Dominique : wanita yang kuat dan cerdas, penyayang, rela berkorban demi sahabatnya sendiri, pantang menyerah , polos , lugu , baik hati dan pemaaf
b.      Mama Bianca : baik hati, tidak tegaan, tulus hatinya , sangat penyayang, lemah terhadap kekerasan , lugu , bekerja keras demi keutuhan keluarganya meski pada akhirnya harus bercerai dengan suaminya demi Bianca , sangat bijaksana dalam menghadapi dan mengambil keputusan , tidak pendendam meskipun telah disakiti oleh papa Bianca berkali-kali
c.       Kevin : sangat penyayang , tulus hatinya , rela berkorban , terlalu khawatir terhadap adik sepupunya Bianca , sedikit tertutup , kakak yang baik dan perhatian, suka berburuk sangka tapi sebenarnya hatinya baik
d.     Bude sumiyati : baik hati ,penyayang, pintar cerdas, ramah dan sopan
e.      Gabriel : baik hati , rela berkorban , suka menolong terbukti saat ia menolong seorang anak panti asuhan yang ia dirikan akan dijual oleh orang tua angkatnya sendiri , tidak pendendam dan pemarah , pemaaf , tulus
f.        Papa Bianca : keras kepala , sangat kasar terhadap istrinya , tidak bijaksana , tidak jujur , tidak setia , mudah marah
g.      Joshua : teman yang baik bagi Bianca, tidak peka terhadap perasaan Bianca
h.      Letisha : sahabat yang baik walaupun pernah menyakiti hati Bianca , suka berterus terang, apa adanya , mau mengakui kesalahan pada Bianca
3.      Alur :
Alur campuran ( maju dan mundur ) :
Alur maju: ketika prolog sampai tengah cerita alurnya maju karena menyeritakan awal dari kisah Bianca Dominique dan keluarganya dan hal hal yang membuat Bianca tidak percaya cinta dan memutuskan untuk kuliah di Jogjakarta.
Alur mundur :  ketika di novel diceritakan bahwa Bianca pernah menyukai seorang cowok bernama Joshua ketika SMA dulu serta cerita saat Bianca mengingat peristiwa bahagia sebelum mama dan papanya selalu bertengkar hebat dan akhirnya bercerai.
4.      Setting ( latar ) :
a.      Latar tempat : di rumah Bianca ( Jakarta ), di Universitas Wiyata Mandala , di rumah Bude Sumiyati , di rumah sakit ketika mama Bianca masuk rumah sakit , di lereng gunung merapi ketika Bianca sedang kemah bersama Gabriel , di angkringan Jogjakarta
b.     Latar waktu : pagi hari , siang hari , malam hari
c.       Latar suasana : mengharukan , menyedihkan , menyenangkan , menegangkan , menyeramkan , mengkhawatirkan
5.      Bahasa : bahasa  yang digunakan secara keseluruhan menggunakan Bahasa Indonesia yang baik namun ada satu dua kata yang menggunakan bahasa anak muda seperti lo gue dan bahasa daerah bahasa jawa seperti neng endi , piye? dll
6.      Sudut pandang : secara keseluruhan novel ini menggunakan sudut pandang ke-Akuan karena ceritanya banyak meggunakan kata aku dan Bianca sendiri adalah tokoh utama dalam novel tersebut. Tokoh utama sebagai pelaku utama.
7.      Amanat :
1.      Jangan kasar atau menyakiti wanita karena jika menyakiti wanita apalagi wanita itu tidak bersalah sama saja kamu menyakiti hati ibumu sendiri
2.      Selalu patuh dan taat kepada kedua orang tua
3.      Mudah memaafkan kesalahan orang lain karena memaafkan orang lain adalah hal yang sangat mulia daripada pendendam
4.      Selalu bertanggung jawab dan jujur atas kesalahan diri masing masing
5.      Jangan bertindak gegabah atau berprasangka buruk terhadap orang lain
6.      Selalu menolong orang yang sedang kesusahan atau tertimpa musibah
7.      Jangan mudah menyerah dan berputus asa, tetapi yakin dan tetap optimis
8.      Tidak mudah melupakan hasil karya daerah sendiri
9.      Tidak bermuka dua atau menusuk teman dari belakang


2.      Nilai-nilai budaya yang terkandung dalam novel Raksasa Dari Jogja karya Dwitasari

·         “Ronggeng Dukuh Paruk. Ahmad Tohari. Melihat judul buku itu, ia tersenyum. Buku ini sangat sulit ia tamatkan, makanya hanya tamat di baca sekali, berbeda dengan Biola Tak Berdawai.”

Dilihat dari kutipan di atas mencerminkan tentang nilai budaya kesenian dalam bentuk karya sastra.

·         “Dalam rumah tangga, ada beberapa hal yang tak dapat di campuri seorang anak, ada beberapa hal yang di luar batas kemampuanmu untuk melogiskannya. Mama bisa menyelesaikan itu sendirian, sayang.”

Dilihat dari kutipan itu menjelaskan bahwa kehidupan seorang anak tidak boleh mencapuri masalah orangtuanya, karena dalam nilai budaya mencampuri masalah orangtua di nilai tidak sopan dan santun.

·         Orang bilang daerah ini tak boleh disebut kota, karena namanya “Daerah Istimewa” bukan “kota”! Kenapa harus daerah istimewa? karena memang (kata orang) istimewa, sejarah menyatakan daerah ini salah satu sebab kemerdekaan Indonesia.

Dilihat dari kutipan di atas bahwa Jogjakarta disebut Daerah Istimewa karena memiliki nilai budaya dan sejarah bagi Indonesia.

·         Suara lembut khas wanita Jawa, menyejukan. “Sudah sampai ya, Bian?”

Dilihat dari kutipan itu bahwa sudah menjadi ciri khas untuk wanita Jawa yang mempunyai suara lemah lembut.

·         “Sendhiko budhe. Aku tunggu di sana ya, hati-hati dijalan.”

Dilihat dari kutipan itu bahwa Jogjakarta mempunyai bahasa asli (Jawa) yang menjadi dialek untuk masyarakat Jogja. Dan “sendhiko” dalam bahasa Indonesia artinya bersedia.

·         Jam gadang dengan tinggi hampir setinggi dia. Meja kayu yang terpahat dengan indah. Lukisan-lukisan batik yang setia menempel di dinding.

Dilihat dari kutipan itu menjelaskan bahwa rumah-rumah di daerah jawa juga mempunyai keunikan dan khasnya sendiri, seperti dengan adanya jam gadang dan hiasan-hiasan rumah.
·         Aku inget waktu itu kita main di sini, dengan penutup mata berjalan mendekati dua pohon beringin itu, tapi kamu selalu nyasar terlalu jauh, kamu malah menjauhi pohon beringin.

Dilihat dari kutipan itu menceritakan tentang tradisi di Alun-Alun Selatan Kota Jogjakarta bahwa ada sebuah mitos jika sepasang kekasih berhasil melewati pohon beringin tersebut dengan lurus maka bisa dikatakan akan berjodoh.

·         Kaya dikit langsung lupa daratan, padahal di Malioboro dan pasar Bringharjo jauh lebih banyak pilihan, harganya juga terjangkau kantong.

Kutipan itu  menjelaskan tentang tempat-tempat belanja tradisional. jadi pembaca secara tidak langsung akan mengerti tempat-tempat belanja di daerah Jogjakarta.

·         Bianca membawa gudeg Wijilan dengan senyum di bibirnya.

Kutipan diatas penulis ingin memperkenalkan kuliner khas dari daerah istimewa Jogjakarta.

·         Pria ini telah menunjukan cinta di depan mata Bianca dan memulihkan rasa kepercayaan Bianca pada cinta. Witing tresno jalaran soko kulina.

Dari kutipan diatas perumpamaan bagi orang Jawa yaitu “Witing tresno jalaran soko kulina” yang dalam bahsa Indonesia mempunyai arti cinta datang karena terbiasa.

·         “Alkisah, ada seorang raja bernama Raja Boko yang memiliki seorang putri yang bernama Roro Jonggrang.”

Dari kutipan itu  penulis menceritakan kisah awal mula Candi Prambanan memlalui
percakapan antara Gabriel dan Bianca.

BAB IV

PENUTUP


1.      Simpulan

Setelah memperhatikan uraian diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Nilai-nilai budaya yang terdapat dalam novel “Raksasa dari Jogja” karya Dwitasari adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan kebiasaan orang Jawa, dialek Jawa, tempat-tempat sejarah di Jogjakarta, serta berkaitan dengan kesenian di Daerah Istimewa Jogjakarta.
Nilai-nilai budaya yang terkandung dalam novel ini memberikan gambaran bagi para pembaca untuk selalu membanggakan kebudayaan dari daerahnya sendiri.

2.      Saran

Berdasarkan penelitian yang telah di capai, peneliti menyampaikan beberapa saran sebagai berikut      :
a.     Dalam memahami karya sastra khususnya novel perlu dibaca lebih mendalam agar dapat mengambil hikmah yang terdapat pada novel.
b.      Kegiatan menganalisis novel sangat bermanfaat karena didalamnya terdapat beberapa nilai kebudayaan, sosial, keagamaan bahkan pendidikan.







DAFTAR PUSTAKA

Arnulengaku.2015. Analisis Pesan Moral. http://arnulengaku.blogspot.co.id/p/analisis-pesan-moral.html (17 Mei 2016)
Depdikbud.1993.Kamus Besar Bahasa Indonesia.Jakarta:Balai Pustaka
Dwitasari.2012.Raksasa Dari Jogja.Jakarta:PT.Bentang Pustaka



Tidak ada komentar:

Posting Komentar