Analisis
Nilai-Nilai Budaya Yang Terdapat Dalam Novel Raksasa Dari Jogja Karya Dwitasari
Dengan Menggunakan Tinjauan Semiotik
Disusun untuk memenuhi sebagian tugas Mata Kuliah Kapita
Selekta yang diampu oleh
Khusnul
Khotimah, M.P.d
Disusun oleh :
Widya Arum Utami (1513500117)
Semester 6B
PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA DAN DAERAH
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PANCASAKTI TEGAL
2016
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Karya sastra merupakan
hasil dari pemikiran, khayalan, imajinasi dari seseorang yang dituangkan ke
dalam suatu wadah dengan menggunakan bahasa sebagai medianya. Jabrohim
(2001;72), menyatakan bahwa sastra (karya sastra) merupakan karya seni yang
mempergunakan bahasa sebagai mediumnya. Dengan memanfaatkan suatu bahasa
biasanya pengarang menuangkan segala luapan perasaan yang menceritakan tentang
kehidupan yang telah pengarang lihat, alami, dan rasakan ke dalam suatu karya
sastra. Tidak hanya kisah-kisah fakta yang pengarang tulis, namun karya sastra
juga merupakan hasil dari imajinasi seseorang sehingga sifat dari karya sastra
itu fiksi. Dalam sebuah karya fiksi, sastra memberikan berbagai warna yang
dituangkan dalam permasalahan-permasalahan kemanusiaan dalam kehidupan sehingga
kesan yang ditonjolkan itu bisa dirasakan oleh para pembaca.
Novel merupakan salah
satu dari karya sastra yang sering digunmakan sebagai sarana pembelajaran dalam
kehidupan sehari-hari, karena di dalam novel terdapat nilai-nilai yang
terkandung di dalamnya. Nilai-nilai yang terkandung dalam novel bermacam-macam,
mulai dari nilai agama, nilai sosial, nilai pendidikan, nilai moral, nilai
budaya, dan lain-lain. Dari nilai-nilai yang terkandung dalam novel tersebut,
pembaca dapat belajar memahami tentang arti kehidupan dalam masyarakat.
Nilai budaya merupakan
salah satu nilai yang sering dijumpai dalam suatu karya sastra khususnya novel.
Ratna (2009:329), menyatakan bahwa karya sastra mengandung aspek-aspek
kultural, bukan individual. Dari sebuah novel kita dapat mengetahui nilai-nilai
budaya yang ada dalam masyarakat tertentu, baik budaya yang bersifat positif
maupun budaya yang bersifat negatif.
Atas dasar latar belakang masalah tersebut, peneliti mengangkat
tema penelitian “Analisis
Nilai-Nilai Budaya Yang Terdapat Dalam Novel Raksasa Dari Jogja Karya Dwitasari
Dengan Menggunakan Tinjauan Semiotik
B.
Rumusan Masalah
Agar permasalahan yang
akan dibahas menjadi terarah dan menuju tujuan yang diinginkan diperlukan
adanya perumusan masalah. Adapun permasalahan penelitian ini adalah sebagai
berikut.
1.
Bagaimana struktur novel Raksasa Dari Jogja Karya Dwitasari ?
2.
Apa sajakah nilai-nilai
budaya yang terdapat dalam novel Raksasa Dari Jogja Karya Dwitasari dengan
menggunakan tinjauan semiotik ?
C.
Tujuan Penelitian
Agar penelitian ini
lebih terarah dan tidak menyimpang dari bahasan utamanya, dirumuskan tujuan dari penelitian
ini sebagai berikut.
1.
Memaparkan struktur novel Raksasa Dari Jogja Karya Dwitasari.
2.
Memaparkan nilai-nilai budaya yang terdapat dalam novel Raksasa Dari Jogja Karya Dwitasari dengan menggunakan tinjauan semiotik.
D.
Manfaat Penelitian
Dalam penelitian ini
peneliti ingin memberikan manfaat secara teoritis dan secara praktis. Adapun
manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
1.
Manfaat Teoritis
Memberikan sumbangan
terhadap ilmu bahasa, khususnya dalam bidang kesusastraan yang mengarah pada
pembinaan aspek nilai budaya yang terkandung dalam karya sastra.
2.
Manfaat Praktis
Manfaat praktis berkaitan
dengan apa yang dilakukan peneliti agar nilai-nilai yang terkandung dalam suatu
karya sastra mudah dipahami oleh pembaca.
a. Bagi penulis, hasil
penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan latihan dalam menganalisis sebuah
karya sastra untuk menuju hasil yang lebih baik.
b. Bagi pembaca, hasil
penelitian ini sebagai informasi tentang nilai-nilai budaya yang
terkandung dalam novel Raksasa Dari Jogja Karya Dwitasari sehingga pembaca
dapat menerapkan nilai-nilai tersebut.
BAB II
LANDASAN TEORI
Teori semiotik
merupakan ilmu tentang tanda. Fungsi dari semiotik ini salah satunya untuk
mengetahui arti atau makna dalam sebuah karya dengan menganalisis tanda-tanda
yang terkandung dalam karya sastra tersebut. Secara dafinitif, menurut Paul
Cobley dan Litza Jans (dalam Suminto, 2000:1) menjelaskan bahwa semiotika
berasal dari kata seme, bahasa Yunani
yang berarti “penafsir tanda”. Sementara literatur lain menyebutkan bahwa
semiotik berasal dari kata semion
yang berarti “tanda”. Dalam pengertian yang luas semiotik berarti studi
sistematis mengenai produksi dan interpretasi tanda, bagaimana kerjanya, dan
apa manfaatnya terhadap kehidupan manusia.
Nilai memiliki
berbagai macam arti dan merupakan cara yang digunakan dalam mengukur sesuatu.
Dalam KBBI nilai memiliki arti (1) harga(taksiran harga), (2) harga uang
(dibandingkan dengan harga lainnya), (3) angka kepandaian; biji; ponten, (4)
banyak sedikitnya isi; kadar; mutu, (5) sifat-sifat (hal-hal) yang penting atau
berguna bagi kemanusiaan, (6) sesuatu yang menyempurnakan manusia sesuai dengan
hakikatnya.
Budaya lahir dari
kebiasaan yang telah disepakati dalam siatu golongan atau kelompok dan bersifat
abstrak. Koentjaraningrat (1985:9) menyatakan bahwa budaya atau kebudayaan
berasal dari bahasa Sansekerta, yaitu buddhayah,
ialah bentuk jamak dari buddhi yang
berarti “budi” atau “akal”.
Koentjaraningrat
(1985:1-2) menyatakan bahwa kebudayaan sebagai keseluruhan hidup manusia yang
kompleks, meliputi hukum, seni, moral, adat-istiadat, dan segala kecakapan lain
yang diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat.
Sebagai insan yang
tidak bisa hidup sendiri, manusia selalu dihadapkan dengan nilai-nilai yang
tyertanam dalam masyarakat. Nilai-nilai itu bersifat abstrak namun
mengikat. Koentjaraningrat menjelaskan bahwa nilai budaya merupakan tingkat
yang paling abstrak dari adat. Suatu sistem nilai budaya terdiri atas
konsepsi-konsepsi, yang hidup dalam alam pikiran sebagian warga masyarakat,
mengenai hal-hal yang harus mereka anggap amat bernilai dalam hidup. Karena
itu, sistem nilai budaya biasanya berfungsi sebagai pedoman tertinggi bagi kekuatan
manusia. Sistem-sistem tata kelakuan manusia yang lain yang tingkatnya lebih
konkret, seperti aturan-aturan khusus, hukum, dan norma-norma, semuanya juga
berpedoman kepada sistem nilai budaya.
Novel
adalah suatu bentuk karya sastra yang berbentuk prosa yang mempunyai
unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik. Atau definisi novel adalah novel yaitu
suatu bentuk dari sebuah karya sastra, novel merupakan kisah atau cerita fiksi
dalam bentuk tulisan/kata-kata dan memiliki unsur instrinsik dan juga unsur ekstrinsik.
Sebuah novel biasanya mengisahkan/menceritakan tentang kehidupan manusia dalam
berinteraksi dengan lingkungan dan juga sesamanya. Di dalam sebuah novel,
biasanya si pengarang berusaha semaksimal mungkin untuk mengarahkan si pembaca
kepada berbagai macam gambaran realita kehidupan melalui cerita yang terkandung
di dalam novel tersebut.
Dwitasari, anak keda
dari tiga bersaudara ini mulai senang menulis sejak duduk di bangku SD. Ia
berkuliah mengambil FBI di UI, perguruan tinggi negeri di daerah Depok, Jawa
Barat. Hobinya membaca dan menulis berbagai hal yang dirasakan hatinya.
Baginya, menulis adalah salah satu bentuk tindakan nyata, ketika tak lagi ada
orang yang menyediakan telinga untuk mendengar ucapan bibirnya, Raksasa dari
Jogja adalah novel pertamanya.
BAB III
PEMBAHASAN
1.
Struktural Novel
Identitas Novel :
1.
Judul :
Raksasa Dari Jogja
2.
Pengarang :
Dwitasari
3.
Tahun Terbit :
Oktober, 2012
4.
Penerbit :
PlotPoint (PT Bentang Pusaka)
5.
Tebal Halaman : 271
Halaman
6.
Harga :
Rp.47.000,00
7.
Kategori
: Novel Remaja (fiksi)
8. ISBN
: 978-602-9481-23-5
Sinopsis ( ringkasan cerita ) :
“Cinta tak
pernah sederhana bagi seseorang yang telah disakiti, dilukai, dan dikhianati
berkali-kali.”
Indah
rasanya bila di suatu tempat pada akhirnya kita menemukan sesosok belahan jiwa.
Inilah yang di ceritakan oleh Dwitasari kepada pembaca Raksasa dari Jogja. Buku setebal 271 halaman ini menceritakan
tentang seorang gadis bernama Bianca Dominique. Ia digambarkan sebagai sosok
pencari makna cinta. Ketika pertengkaran demi pertengkaran terjadi di antara
mama dan papa Bianca. Pertengkaran, yang menimbulkan bantingan piring dan
barang pecah belah lainnya. Bebunyian itu begitu sering terdengar oleh telinga
Bianca, wanita yang mencoba bertahan meskipun terluka perlahan. Ia masih
bertahan, bahkan ketika wajah ibunya lebam oleh pukulan ayahnya. Bianca masih
bertahan, bahkan saat pelipis ibunya mengeluarkan darah segar karena tinju dari
ayahnya. Rasanya menyakitkan saat kau harus tetap beranggapan bahwa keluargamu
baik-baik saja, namun yang sebenarnya terjadi adalah Bianca menyembunyikan
perasaannya. Akibat pertengkaran itu ia jadi tidak percaya tentang cinta. Namun
dalam ketidakpercayaannya, ia diam - diam mencari jawabannya. Dalam tangis dan
luka hatinya ia berjuang. Ia pernah sekali jatuh cinta kepada cowok bernama
Joshua teman semasa SMA nya dulu, sampai sekarang pun ia masih sangat
menyukainya. Namun takdir berkata lain walaupun Bianca sangat menyukai Joshua
tetapi cowok itu direbut oleh sahabat terbaiknya, Letisha. Letisha menjalin
hubungan kasih bersama Joshua. Ya, Joshua, pria yang beberapa tahun terakhir
terselip dalam hafalan doa Bianca. Joshua, cinta pertamanya yang ia biarkan
kandas di tengah jalan, karena sahabatnya sendiri.
Pengkhianatan
terjadi berkali-kali. Dia tersakiti oleh perlakuan ayahnya terhadap ibunya, ia
juga tersakiti oleh perlakuan sahabatnya sendiri. Pernikahan katanya terjadi
karena cinta, persahabatan terjadi juga karena kasih dan cinta. Tapi,
pernikahan yang harusnya sakral, persahabatan yang harusnya kekal; malah
menjadi sebab Bianca benar-benar terluka. Cinta. Cinta. CINTA! Dalam
pengkhianatan berkali-kali, Bianca berfikir pantaskah ia terus mempercayai
cinta?
Ia mencoba
meraba-raba hatinya sendiri, merangkak perlahan, berjalan dari keterpurukannya
selama ini. Hingga akhirnya Bianca memutuskan kuliah di Jogjakarta,
meninggalkan Letisha dan Joshua dan meninggalkan mama dan papanya. Ada rasa
sedih yang menguat di hati Bianca karena meninggalkan mamamnya sendiri, ia
takut mamanya akan di pukul oleh papanya lagi. Namun akhirnya ia berangkat ke
Jogjakarta setelah diyakinkan oleh mamanya bahwa dirinya akan baik-baik saja di
Jakarta.
Daerah
istimewa yang terkenal menyimpan kenangan manis bagi banyak orang. Tempat yang
selalu membawa seseorang kembali, selalu kembali, tak lupa untuk kembali. Di
sana Bianca tinggal bersama sepupunya bernama Kevin dan Bude Sumiyati ibu dari
Kevin , beliau sangat baik hati dan sangat menyayangi Bianca seperti anaknya
sendiri, ia sangat senang jika Bianca akan tinggal di Jogjakarta bersamanya dan
Kevin. Bianca kuliah di Universitas Wiyata Mandala. Di Jogjakarta juga ia
bertemu dengan Gabriel. Seorang pria berpostur tinggi besar, yang mengindap penyakit
gigantisme. Awalnya ia tidak tertarik pada pria itu karena postur tubuhnya yang
aneh dan tidak sepadan dengan tinggi badanya yang kecil. Namun selalu saja ada
peristiwa yang terjadi karena ketidaksengajaan dan membuatnya bertemu dengannya
lagi. Mulai dari satu universitas karena Gabriel ada seniornya lalu bertemu di
halte busway saat Gabriel berusaha melindungi Bianca terjatuh saat terjadi
penumpukan penumpang dan saat Bianca bertemu dengannya di Pasar Beringharjo ,
di pasar itu Bianca mulai menyadari ada sesuatu yang aneh dalam hatinya saat ia
mulai merasa ingin memperhatikannya dan selalu menatap wajahnya yang dirasa
Bianca cukup manis itu. Namun Bianca tak percaya cinta, sungguh ia tak lagi
punya alasan untuk percaya cinta. Tapi, Gabriel membuka mata Bianca dengan cara
yang berbeda. Bianca terdiam, haruskah ia menerima kehadiran Gabriel sebagai
“malaikat” pembawa kabar baik dalam hidupnya? Apakah Gabriel adalah “malaikat”
yang ditakdirkan Tuhan untuk menarik Bianca dari goa kegelapan menuju cahaya matahari?
Hari terus
berlalu semakin lama ia semakin dekat dengan cowok yang bernama Gabriel, ia
percaya bahwa Gabriel akan mengubah hidupnya menjadi lebih berwarna. Awalnya
Kevin sepupu Bianca tidak setuju Bianca dengan Gabriel namun dengan seiring
waktu Kevin percaya bahwa Gabriel memang malaikat bagi Bianca yang mampu
membuatnya tersenyum kembali dari semua masalah yang dihadapinya. Pertemuan yang selalu terjadi secara tidak
sengaja, secara perlahan dan harus melewati banyak konflik itu akhirnya membuat
Gabriel mempercayakan Bianca sebagai tulang rusuk yang sengaja diciptakan Tuhan
untuknya. Bianca menemukan Gabriel, begitu pun Gabriel menemukan Bianca.
Dua manusia bersatu untuk menyimpan cinta. Seorang aku
dan seorang kamu telah menjadi kita. Meredam egoisme, menyatukan idealisme.
Melupakan perbedaan, mengakhiri beban. (hlm.268)
Dan pada akhirnya mama dan
papa Bianca bercerai dari semua masalah dan beban yang diterima oleh mama
Bianca membuatnya lelah dan mengakhiri semuanya. Letisha pun meminta maaf pada
Bianca karena telah merebut Joshua dan ia menyesal , Bianca pun telah memaafkannya
dan membuat letisha dan Joshua kembali menjalin kasih dengan segala keikhlasan
hatinya. Bianca pun hidup bahagia bersama mama , Kevin , Gabriel, dan Bude
Sumiyati di kota kesayangannya Jogjakarta.
Unsur intrinsik novel :
1.
Tema : Antara Cinta, Kasih Sayang dan Persahabatan
2.
Tokoh dan Penokohan :
a.
Bianca Dominique : wanita yang kuat dan cerdas, penyayang, rela
berkorban demi sahabatnya sendiri, pantang menyerah , polos , lugu , baik hati
dan pemaaf
b.
Mama Bianca : baik hati, tidak tegaan, tulus hatinya , sangat
penyayang, lemah terhadap kekerasan , lugu , bekerja keras demi keutuhan
keluarganya meski pada akhirnya harus bercerai dengan suaminya demi Bianca ,
sangat bijaksana dalam menghadapi dan mengambil keputusan , tidak pendendam
meskipun telah disakiti oleh papa Bianca berkali-kali
c.
Kevin : sangat penyayang , tulus hatinya , rela berkorban ,
terlalu khawatir terhadap adik sepupunya Bianca , sedikit tertutup , kakak yang
baik dan perhatian, suka berburuk sangka tapi sebenarnya hatinya baik
d. Bude sumiyati : baik hati
,penyayang, pintar cerdas, ramah dan sopan
e.
Gabriel : baik hati , rela berkorban , suka menolong terbukti
saat ia menolong seorang anak panti asuhan yang ia dirikan akan dijual oleh
orang tua angkatnya sendiri , tidak pendendam dan pemarah , pemaaf , tulus
f.
Papa Bianca : keras kepala , sangat kasar terhadap istrinya ,
tidak bijaksana , tidak jujur , tidak setia , mudah marah
g.
Joshua : teman yang baik bagi Bianca, tidak peka terhadap
perasaan Bianca
h.
Letisha : sahabat yang baik walaupun pernah menyakiti hati
Bianca , suka berterus terang, apa adanya , mau mengakui kesalahan pada Bianca
3.
Alur :
Alur
campuran ( maju dan mundur ) :
Alur maju: ketika prolog sampai tengah cerita alurnya maju
karena menyeritakan awal dari kisah Bianca Dominique dan keluarganya dan hal
hal yang membuat Bianca tidak percaya cinta dan memutuskan untuk kuliah di
Jogjakarta.
Alur mundur : ketika di
novel diceritakan bahwa Bianca pernah menyukai seorang cowok bernama Joshua
ketika SMA dulu serta cerita saat Bianca mengingat peristiwa bahagia sebelum
mama dan papanya selalu bertengkar hebat dan akhirnya bercerai.
4.
Setting ( latar ) :
a. Latar tempat : di rumah
Bianca ( Jakarta ), di Universitas Wiyata Mandala , di rumah Bude Sumiyati , di
rumah sakit ketika mama Bianca masuk rumah sakit , di lereng gunung merapi
ketika Bianca sedang kemah bersama Gabriel , di angkringan Jogjakarta
b. Latar waktu : pagi hari
, siang hari , malam hari
c.
Latar suasana : mengharukan , menyedihkan , menyenangkan ,
menegangkan , menyeramkan , mengkhawatirkan
5.
Bahasa : bahasa yang
digunakan secara keseluruhan menggunakan Bahasa Indonesia yang baik namun ada
satu dua kata yang menggunakan bahasa anak muda seperti lo gue dan bahasa
daerah bahasa jawa seperti neng endi , piye? dll
6.
Sudut pandang : secara keseluruhan novel ini menggunakan sudut
pandang ke-Akuan karena ceritanya banyak meggunakan kata aku dan Bianca sendiri
adalah tokoh utama dalam novel tersebut. Tokoh utama sebagai pelaku utama.
7.
Amanat :
1. Jangan kasar atau menyakiti wanita
karena jika menyakiti wanita apalagi wanita itu tidak bersalah sama saja kamu
menyakiti hati ibumu sendiri
2. Selalu patuh dan taat kepada kedua
orang tua
3. Mudah memaafkan kesalahan orang lain
karena memaafkan orang lain adalah hal yang sangat mulia daripada pendendam
4. Selalu bertanggung jawab dan jujur
atas kesalahan diri masing masing
5. Jangan bertindak gegabah atau
berprasangka buruk terhadap orang lain
6. Selalu menolong orang yang sedang
kesusahan atau tertimpa musibah
7. Jangan mudah menyerah dan berputus
asa, tetapi yakin dan tetap optimis
8. Tidak mudah melupakan hasil karya
daerah sendiri
9. Tidak bermuka dua atau menusuk teman
dari belakang
2.
Nilai-nilai
budaya yang terkandung dalam novel Raksasa Dari Jogja karya Dwitasari
·
“Ronggeng
Dukuh Paruk. Ahmad Tohari. Melihat judul buku itu, ia tersenyum. Buku ini
sangat sulit ia tamatkan, makanya hanya tamat di baca sekali, berbeda dengan
Biola Tak Berdawai.”
Dilihat dari
kutipan di atas mencerminkan tentang nilai budaya kesenian dalam bentuk karya
sastra.
·
“Dalam
rumah tangga, ada beberapa hal yang tak dapat di campuri seorang anak, ada
beberapa hal yang di luar batas kemampuanmu untuk melogiskannya. Mama bisa
menyelesaikan itu sendirian, sayang.”
Dilihat dari
kutipan itu menjelaskan bahwa kehidupan seorang anak tidak boleh mencapuri
masalah orangtuanya, karena dalam nilai budaya mencampuri masalah orangtua di
nilai tidak sopan dan santun.
·
Orang
bilang daerah ini tak boleh disebut kota, karena namanya “Daerah Istimewa”
bukan “kota”! Kenapa harus daerah istimewa? karena memang (kata orang)
istimewa, sejarah menyatakan daerah ini salah satu sebab kemerdekaan Indonesia.
Dilihat dari
kutipan di atas bahwa Jogjakarta disebut Daerah Istimewa karena memiliki nilai
budaya dan sejarah bagi Indonesia.
·
Suara
lembut khas wanita Jawa, menyejukan. “Sudah sampai ya, Bian?”
Dilihat dari
kutipan itu bahwa sudah menjadi ciri khas untuk wanita Jawa yang mempunyai
suara lemah lembut.
·
“Sendhiko
budhe. Aku tunggu di sana ya, hati-hati dijalan.”
Dilihat dari
kutipan itu bahwa Jogjakarta mempunyai bahasa asli (Jawa) yang menjadi dialek
untuk masyarakat Jogja. Dan “sendhiko” dalam bahasa Indonesia artinya bersedia.
·
Jam
gadang dengan tinggi hampir setinggi dia. Meja kayu yang terpahat dengan indah.
Lukisan-lukisan batik yang setia menempel di dinding.
Dilihat dari
kutipan itu menjelaskan bahwa rumah-rumah di daerah jawa juga mempunyai
keunikan dan khasnya sendiri, seperti dengan adanya jam gadang dan
hiasan-hiasan rumah.
·
Aku
inget waktu itu kita main di sini, dengan penutup mata berjalan mendekati dua
pohon beringin itu, tapi kamu selalu nyasar terlalu jauh, kamu malah menjauhi
pohon beringin.
Dilihat dari
kutipan itu menceritakan tentang tradisi di Alun-Alun Selatan Kota Jogjakarta
bahwa ada sebuah mitos jika sepasang kekasih berhasil melewati pohon beringin
tersebut dengan lurus maka bisa dikatakan akan berjodoh.
·
Kaya
dikit langsung lupa daratan, padahal di Malioboro dan pasar Bringharjo jauh
lebih banyak pilihan, harganya juga terjangkau kantong.
Kutipan itu menjelaskan tentang tempat-tempat belanja
tradisional. jadi pembaca secara tidak langsung akan mengerti tempat-tempat
belanja di daerah Jogjakarta.
·
Bianca
membawa gudeg Wijilan dengan senyum di bibirnya.
Kutipan diatas
penulis ingin memperkenalkan kuliner khas dari daerah istimewa Jogjakarta.
·
Pria
ini telah menunjukan cinta di depan mata Bianca dan memulihkan rasa kepercayaan
Bianca pada cinta. Witing tresno jalaran soko kulina.
Dari kutipan
diatas perumpamaan bagi orang Jawa yaitu “Witing tresno jalaran soko kulina”
yang dalam bahsa Indonesia mempunyai arti cinta datang karena terbiasa.
·
“Alkisah,
ada seorang raja bernama Raja Boko yang memiliki seorang putri yang bernama
Roro Jonggrang.”
Dari kutipan
itu penulis menceritakan kisah awal mula
Candi Prambanan memlalui
percakapan
antara Gabriel dan Bianca.
BAB IV
PENUTUP
1.
Simpulan
Setelah
memperhatikan uraian diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Nilai-nilai
budaya yang terdapat dalam novel “Raksasa dari Jogja” karya Dwitasari adalah
segala sesuatu yang berhubungan dengan kebiasaan orang Jawa, dialek Jawa, tempat-tempat
sejarah di Jogjakarta, serta berkaitan dengan kesenian di Daerah Istimewa
Jogjakarta.
Nilai-nilai
budaya yang terkandung dalam novel ini memberikan gambaran bagi para pembaca
untuk selalu membanggakan kebudayaan dari daerahnya sendiri.
2.
Saran
Berdasarkan
penelitian yang telah di capai, peneliti menyampaikan beberapa saran sebagai
berikut :
a. Dalam
memahami karya sastra khususnya novel perlu dibaca lebih mendalam agar dapat
mengambil hikmah yang terdapat pada novel.
b.
Kegiatan
menganalisis novel sangat bermanfaat karena didalamnya terdapat beberapa nilai
kebudayaan, sosial, keagamaan bahkan pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA
Arnulengaku.2015.
Analisis Pesan Moral.
http://arnulengaku.blogspot.co.id/p/analisis-pesan-moral.html (17 Mei 2016)
Depdikbud.1993.Kamus
Besar Bahasa Indonesia.Jakarta:Balai Pustaka
Dianari.2014. Resensi Novel. http://dianari25.blogspot.co.id/2014/09/resensi-novel.html
(17
Mei 2016)
Dwitasari.2012.Raksasa
Dari Jogja.Jakarta:PT.Bentang Pustaka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar